Senin, 17 April 2023

Pembukaan Malam Itikaf LDII Tator, Malam Itikaf Malam Muhasabah



TANA TORAJA - Banyak orang salah dalam menilai satu kekuatan hukum. Malam itikaf sesungguhnya bukan saja menjadi malam untuk menjemput lailatul qodri, namun lebih jauh malam itikaf harusnya menjadi malam muhasabah. 

"Sebagai pemimpin harus melakukan muhasabah, introspeksi diri di malam itikaf, lebih banyak menjadi pelayan, bukan dilayani," kata H Thamrin Lodo tokoh Islam Tana Toraja, dalam acara pembukaan malam iktikaf di Masjid Al Musyafir Tana Toraja, Selasa (11/4/2023).

Lanjut dikatakan, menjadi orang yang dipimpin lebih banyak menyerah dan ikhlas tawakal dalam malam iktikaf, "Renungkan apa saja selama 11 bulan yang sudah dilakukan dan apa saja yang harus diubah. Itulah seharusnya di saat awal memasuki malam itikaf dilakukan "tuddang sipulung' duduk bersama, saling menyampaikan hal hal yang harusnya kita lakukan secara bersama dan saling menolong," jelasnya.

Di hadapan warga LDII, H Thamrin menjelaskan bahwa tidak ada takbiran dan tidak ada lebaran jika fundamental manusia dalam malam itikaf masih menjadi satu misteri. Yang pada akhirnya tidak ada satu perubahan apapun setelah menjalankan ibadah Ramadhan 1 bulan penuh. 

"Apa artinya? Allah SWT memberikan malam spesial, malam yang khusus, jika ego, kesombongan, keangkuhan, dan social behavior seorang imam tidak mengalami perubahan. Sedangkan hakekat malam itikaf adalah pasrah dan yakin kita ini bersaudara siunu', sikaboro, sikamali," ujarnya.

Ia menegaskan, seorang pemimpin semakin turun ke bawah akan makin banyak di temukan rakyat yang membutuhkan pertolongan dalam membangun iman dan ikhsan. "Semoga perjalanan malam itikaf ini lebih banyak social behavior para pemimpin, para ulama, dan para Aghniya," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar